Tari Glipang
Pada artikel kali ini akan membahas tentang tari tradisional dari Jawa Timur Indonesia. Tari Glipang adalah sebuah tarian yang populer di Jawa Timur. Untuk lebih jelasnya tentang tari tersebut, berikut dikutip sebuah tulisan yang membahas tentang tari tersebut.
Pertama saya lihat tarian tradisional ini, yang dilihat adalah pakaian. Karena pakaian yang digunakan seperti pakaian untuk laki-laki, dan alat musik yang ditabuh seperti yang digunakan di negara Arab.
Tarian ini biasanya ditarikan oleh laki-laki. Sedangkan tarian yang saya lihat ditarikan oleh perempuan. Ternyata tarian ini menceritakan tentang prilaku para penjajah saat itu.
Nama Glipang itu sendiri berawal dari kata Gholiban diambil dari bahasa Arab yang artinya kebiasaan.
Sejarah singkatnya, tarian ini dibuat oleh Seno Truno, saat ia bekerja sebagai mandor penebang tebu di perusahaan milik Belanda. Karena sikap Belanda yang sewenang-webang membuat ia berhenti bekerja. Ia pun berinisiatif membuat tarian yang menggambarkan sejarahkehidupannya.
Kalau dilihat dari gerakannya, ia seperti berada dalam posisi kuda-kuda seakan mau menyerang, gerakan yang seolah gagah perkasa mencirikan koloneal Belanda yang ingin dipandang tinggi. Kesan kakunya menandakan emosional. Adapun beberapa gerakan, dimana tangan memegang pinggang, bila diartikan dalam kehidupan sehari-hari, gerakan tersebut sangat tidak sopan.
Namun seiring dengan zaman, tarian tersebut sedikit dipoles untuk menandakan keadaan masyarakat, yang saat itu mayoritas prajurit yang melawan para penjajah. Source
Glipang Dance
In this article I will discuss traditional dance from East Java Indonesia. Glipang Dance is a dance that is popular in East Java. For more details about the dance, the following is quoted an article that discusses the dance.
First I saw this traditional dance, what was seen was clothing. Because clothes are used like clothes for men, and musical instruments are beaten like those used in Arab countries.
This dance is usually danced by men. while the dance I saw was danced by women. It turns out this dance tells about the behavior of the invaders at that time.
The name Glipang itself begins with the word Gholiban taken from Arabic which means habit.
In short, this dance was made by Seno Truno, when he worked as a foreman of sugarcane loggers in Dutch-owned companies. Because the attitude of the Dutch arbitrarily made him stop working. He also took the initiative to make a dance that depicted the history of his life.
When viewed from his movement, he seemed to be in the position of the horses as if he wanted to attack, a movement that seemed mighty to characterize the Koloneal Dutch who wanted to be looked upon as high. Impression indicates emotional. As for some movements, where the hand holds the waist, if interpreted in daily life, the movement is very rude.
But along with the times, the dance was slightly polished to signify the state of society, which at that time was the majority of soldiers who fought the invaders. [Source] (www.ragamseni.com/7-tarian-tr Tradisional-dari-jawa-timur-yang-harus-dipertahanan/)